Berita ini kami dapatkan di web Tribun Timur dan dapat dilihat di harian Tribun Timur edisi Jumat, 14 Mei 2010. Ingat, biar hati kita bersukacita senantiasa dan penuh dengan damai sejahtera. Tuhan memberkati.

Seorang anggota jemaat itu mengakui bahwa kebanyakan anggota jemaat Eklesia adalah kalangan muda. Mereka beribadah pada malam hari.
"Apanya yang sesat. Sejak saya ikut di Eklesia, saya juga merasa lebih baik. Saya dulu memiliki banyak sifat jelek seperti suka minuman keras dan judi. Sejak saya ikut di jemaat Eklesia, perbuatan jelek itu kini saya tinggalkan," tutur seorang jemaat Eklesia yang ditemui sedang menyiapkan Kebaktian Kenaikan Yesus di Menara Polekko, Kamis (13/5/2010).
Menurutnya, di gereja lain memang diajarkan jika Yesus memberikan kelepasan (dari yang jahat). Yesus memberikan kesembuhan dan lainnya. "Tapi tidak diberikan bagaimana caranya," kata pria jemaat Eklesia yang enggan ditulis identitasnya ini.
Hal senada disampaikan seorang jamaat Eklesia lainnya bernama Alvina Chandra yang menuliskan keberatan tuduhan sesat itu melalui di facebook Tribun Timur. Tulis Alvina, Eklesia Apoktolik adalah gereja yang hidup, di mana orang yang datang beribadah adalah orang yang benar-benar takut dan gentar akan Tuhan.
"Banyak jemaat berubah di Eklesia Aostolik yang dulunya nakal menjadi baik. Apa itu disebut sesat? Yang ngomong sesat dia mungkin yang hanya menilai di luarnya saja," tambah Alvina.
Pernyataan Alvina itu menanggapi berita koran ini edisi kemarin yang memuat tuduhan dugaan sesat kepada GKII Jemaat Eklesia Apoktolis yang diungkapkan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Graha Edukasi Makassar Julianus Ake.
Seperti diberita sebelumnya, Julianus mengaku resah karena kini anak gadisnya yang masih berusia 16 tahun banyak berubah setelah bergabung di Eklesia Apostolik setahun terakhir. Perubahannya antara lain, anaknya sudah tak mau lagi ke gereja untuk beribadat selain ke Menara Polekko.
Julianus menuding sesat karena aktivitas (GKII) Jemaat Eklesia Apoktolis tak terdaftar di bagian Bimas Kristen Kanwil Kementerian Agama Sulsel maupun di Kantor Kecaamtan Wajo, Makassar. Kasus ini juga sudah diadukan Julianus ke Kepolisian Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Makasssar, pekan lalu.
Sementara itu, saat Tribun mendatangi rumah pimpinan Jemaat Eklesia, Pendeta Dorothy, di kawasan Pasar Sentral, Makassar, yang bersangkutan belum bersedia memberikan keterangan.
Seorang staf Pendeta Dorothy, mengaku pimpinannya sedang berdoa dan menyiapkan diri untuk memimpin ibadah Kenaikan Yesus Kristus sehingga belum bersedia dimintai keterangan. (apriani landa)
No comments:
Post a Comment